APA YANG DIMAKSUD DENGAN MASTERY LEARNING (PEMBELAJARAN PENGUASAAN) ?
Salah satu sarana untuk menyesuaikan pengajaran pada kebutuhan siswa
yang beragam disebut pembelajaran penguasaan (Guskey, 1995). Gagasan dasar di
balik pembelajaran penguasaan (mastery learning)
ialah memastikan bahwa semua atau hampir semua siswa telah mempelajari
kemampuan tertentu hingga tingkat penguasaan yang telah ditentukan sebelum
beralih ke kemampuan berikut.
Pembelajaran penguasaan
pertama kali diusulkan sebagai jalan keluar atas persoalan perbedaan masing-masing orang oleh Benjamin Bloom (1976),
yang mendasarkan rekomendasinya sebagian
pada hasil penelitian John Carroll (1963) sebelumnya. Sebagaimana dibahas sebelumnya, Carroll telah mengusulkan agar pembelajaran sekolah dikaitkan
dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari apa yang sedang diajarkan
dan jumlah waktu yang digunakan
dalam pengajaran.
Salah satu implikasi model
Carroll tersebut ialah bahwa, kalau waktu yang digunakan ternyata sama untuk semua siswa dan
semua siswa menerima jenis pengajaran yang sama, perbedaan pencapaian siswa
terutama akan mencerminkan perbedaan kecenderungan siswa. Namun, pada tahun
1968, Bloom mengusulkan agar, alih-alih memberikan jumlah waktu pengajaran yang
sama kepada semua siswa dan membolehkan pengajaran berbeda, barangkali kita seharusnya meminta
agar semua atau hampir semua siswa meraih tingkat pencapaian tertentu
dengan membiarkan waktu berbeda. Maksudnya, Bloom mengusulkan agar kita
memberi waktu dan pengajaran kepada siswa sebanyak yang mereka butuhkan untuk mengantarkan mereka semua pada
tingkat pembelajaran
yang pantas. Apabila beberapa siswa tampak berada dalam bahaya tidak belajar, mereka seharusnya diberi pengajaran
tambahan hingga mereka benar-benar
belajar.
Asumsi yang mendasari
pembelajaran penguasaan ialah bahwa hampir setiap siswa dapat mempelajari kemampuan yang
penting dalam kurikulum. Asumsi ini disampaikan kepada siswa maupun dilaksanakan
oleh guru, yang lugasnya
ialah memberikan pengajaran yang diperlukan untuk menjadikan harapan menjadi kenyataan.
Bentuk-Bentuk Mastery Learning
Persoalan yang melekat
dalam setiap strategi pembelajaran penguasaan ialah bagaimana menyediakan
waktu pengajaran tambahan kepada siswa yang membuhihkannya. Dalam beberapa riset tentang
pembelajaran penguasaan, pengajaran
tambahan ini diberikan di luar waktu pelajaran biasa, seperti seusai sekolah atau selama istirahat. Siswa yang tidak
berhasil memenuhi kriteria
penguasaan (mastery
Criterion ) yang sudah ditentukan sebelumnya (seperti 90 persen benar dalam ujian) setelah pelajaran
diberi pengajaran perbaikan ( Corrective istruction) tambahan ini hingga mereka dapat memperoleh nilai 90 persenuntuk ujian serupa. Riset tentang program
pembelajaran penguasaan yang memberikan
pengajaran perbaikan selain waktu pelajaran biasa pada umumnya menemukan peningkatan pencapaian, khususnya bagi
siswa yang berpencapaian rendah
(Bloom, 1984; Kulik, Kulik & Bengert-Drowns, 1990; Slavin, 1987c).
Bentuk-bentuk
pembelajaran penguasaan
yang memerlukan waktu pengajaran tambahan tidak
mudah diterapkan pada pendidikan dasar dan menengah, di mana jumlah waktu yang tersedia
relatif sudah tetap. Misalnya, ada kemungkinan meminta siswa tetap tinggal seusai
sekolah untuk menerima pengajaran perbaikan selama beberapa minggu, tetapi hal
ini akan sulit direncanakan dalam jangka panjang. Juga, ada pertanyaan
apakah waktu tambahan
yang diperlukan untuk pengajaran perbaikan pada pembelajaran penguasaan tidak lebih
baik digunakan untuk membahas lebih banyak bahan.
Salah satu bentuk
pembelajaran penguasaan membedakan waktu pengajaran yang diberikan kepada siswa yang mempunyai
kebutuhan yang berbeda dengan memberikan
pengajaran perbaikan kepada siswa yang membutuhkan sambil membiarkan
siswa yang tidak membutuhkannya melakukan pekerjaan pengayaan. Misalnya, guru
ilmu bumi SMA mungkin memberikan pelajaran tentang
gunung api dan gempa bumi. Pada akhir pelajaran tersebut, siswa akan diberi
ujian singkat. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM akan menerima
pengajaran perbaikan tentang konsep-konsep yang merupakan masalah bagi mereka, sedangkan siswa lainnya akan
melakukan kegiatan pengayaan (enrichment activities), seperti mencari tahu tentang gampa bumi San
Francisco baru-baru ini atau sejarah letusan Gunung Vesuvius yang mengubur kota kuno Pompeii.
Menerapkan Prinsip-prinsip Mastery Learning
Ada lagu klasik Rolling Stones yang disebut
"Time is on My Side." Barangkali tidak mungkin ada lagi lagu terra
yang kurang tepat bagi guru. Namun, karma unsur pembelajaran penguasaan yang penting ialah pembedaan waktu unhik
memenuhi kebutuhan perorangan, kita tidak dapat membahas penerapan pendekatan ini tanpa membicarakan strategi
realistis untuk bekerja dengan kendala
waktu di ruang kelas dewasa ini.
Asumsi dasar pembelajaran penguasaan ialah
bahwa hampir semua siswa dapat mempelajari
pengetahuan dan kemampuan yang penting dalam suatu kurikulum apabila
pembelajaran tersebut diurai menjadi bagian-bagian komponennya dan disajikan secara berurutan. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini
dengan efektif, guru harus menghadapi beberapa tantangan.
Tantangan pertama ialah
membagi isi dan/atau kemampuan menjadi unit-unit kecil yang dapat Anda saji kan secara berurutan
dengan menggunakan strategi pengajaran yang masuk akal. Kemudian, Anda nanti
perlu menilai siswa
Anda. Data yang Anda peroleh akan membantu Anda menentukan dari mana dalam urutan
kurikulum tersebut pengajaran Anda seharusnya dimulai. Penilaian kualitas akan memungkinkan Anda menghubungkan kegiatan pengajaran Anda dengan kebutuhan
masing-masing siswa.
Ketika Anda terlibat dalam kegiatan pengajaran yang sesungguhnya,
tantangan lain yang akan Anda hadapi ialah bagaimana menghadapi perbedaan dalam
pembelajaran siswa. Bagi siswa yang dengan cepat memahami konsep, Anda nanti perlu meningkatkan mutu pembelajaran dengan mengembangkan peluang pengayaan yang
relevan. Perluasan konsep dasar ini
akan memungkinkan siswa ini tetap terlibat dalam kegiatan pembelajaran
tingkat tinggi yang tepat sambil pada saat yang sama memungkinkan Anda memperluas kesempatan pembelajaran siswa yang membutuhkan
lebih banyak waktu untuk menguasai dasar-dasar tersebut.
Untuk meningkatkan
keefektifan proses pengajaran dan pembelajaran siswa berikutnya, Anda seharusnya terlibat dalarn
evaluasi formatif (Formative Evaluation) terus-menerus: penilaian pembelajaran siswa yang sering dilakukan yang akan
memungkinkan Anda menyesuaikan pengajaran Anda untuk mernenuhi kebutuhan masing-masing siswa
Anda. Anda kemudian nanti perlu menyiapkan evaluasi sumatif (Sumative
Evaluation) atau
ujian akhir untuk masing-masing sasaran. Semua
ini kemungkinan akan mengungkapkan
bahwa sebagian pelajar masih belum mencapai tingkat penguasaan pengetahuan/kemarnpuan dasar dalarn
kerangka waktu yang telah Anda
sediakan. Anda nantinya perlu mengembangkan cara kreatif untuk mengajar
kembali, menyajikan kesempatan pembelajaran alternatif, dan/atau memperluas latihan. Strategi seperti
pengajaran perbaikan usai sekolah,
pengajaran pribadi oleh sesama teman atau lintas-usia, atau penggunaan paraprofesional dapat membantu siswa
mencapai penguasaan hal-hal yang
mendasar.
Karena pendekatan
pembelajaran penguasaan dapat menghabiskan tenaga dan waktu, Anda nantinya perlu bersikap
selektif dalam penerapannya. Pengidentifikasian aspek-aspek utama
kurikulum mana yang paling relevan untuk menerapkan pembelajaran penguasaan dan
pembatasan penggunaan
pendekatan ini pada situasi di mana pengetahuan/ kemampuan prasyarat sangat penting untuk pembelajaran masa
mendatang akan
meningkatkan kemampuan Anda menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran penguasaan
dengan efektif. Anda dan siswa Anda akan merasa bahwa Anda telah melakukan investasi waktu
dan tenaga dengan bijaksana apabila hasilnya adalah peningkatan pencapaian bagi
semua.
Riset Tentang Mastery Learning
Riset tentang konseptualisasi pembelajaran
penguasaan paling awal jauh kurang jelas
daripada riset tentang bentuk-bentuk pendekatan ini yang dikembangkan kemudian hari (lihat Ellis, 2001f; Slavin, 1987c).
Studi setidaknya selama 4 minggu di
mana waktu pengajaran disamakan bagi kelas penguasaan dan nonpenguasaan pada
umumnya tidak menemukan perbedaan dalam keefektifan atau perbedaan kecil dan
berlangsung singkat yang mendukung kelompokkelompok penguasaan. Beberapa bentuk pembelajaran penguasaan yang paling
menjanjikan adalah pembelajaran yang menggabungkan pendekatan ini dengan pembelajaran kerja sama, di mana siswa bekerja
bersama untuk saling membantu satu
sama lain sejak pertama dan kemudian membantu teman kelompok yang membutuhkan pengajaran perbaikan (Guskey, 1990;
Mevarech & Kramarski, 1997).
Persoalan inti pembelajaran penguasaan ialah bahwa
pembelajaran itu melibatkan keseimbangan antara jumlah isi yang dapat
dibahas dan sejauh mana siswa menguasai masing-masing isi (Slavin, 1987c).
Waktu yang dibutuhkan
untuk mengantarkan semua atau hampir semua siswa ke tingkat penguasaan yang
sudah ditetapkan sebelumnya harus berasal dari tempat lain. Apabila pengajaran perbaikan diberikan
selama waktu pengajaran biasa, hal ini harus
mengurangi pembahasan isi. Dan, sebagaimana dicatat dalam pembahasan isi adalah salah satu alat prediksi
terpenting peningkatan pencapaian (Cooley & Leinhardt, 1980). Hal
ini sama sekali tidak mengatakan bahwa
pembelajaran penguasaan seharusnya digunakan hanya ketika waktu tambahan untuk pengajaran perbaikan tersedia; hal
itu hanya menekankan bahwa guru seharusnya menyadari keseimbangan yang
terkandung di dalamnya dan mengambil
keputusan sesuai dengannya.
(Dikutif dari Educational Psycology: Theory
and Practice: 8th Ed. Robert. E. Slavin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar