Selasa, 24 Juli 2012
Selasa, 10 Juli 2012
TAXONOMY DALAM PEMBELAJARAN Lanjutan....
TAXONOMY dalam PEMBELAJARAN....2
Biggs
& Collis (1982) mendesain taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning
Outcomes) sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons pebelajar
terhadap suatu tugas. Taksonomi tersebut terdiri dari lima level, yaitu
prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan extended
abstract.
Biggs & Collis (1982) mendeskripsikan setiap level tersebut sebagai berikut. Pebelajar yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada level prastruktural. Pebelajar yang dapat menggunakan satu penggal informasi dalam merespons suatu tugas (membentuk suatu data tunggal) dikategorikan pada unistruktural,. Pebelajar yang dapat menggunakan beberapa penggal informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama dikategorikan pada level multistruktural. Pebelajar yang dapat memadukan penggalan-penggalan informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas dikategorikan pada level relasional. Pebelajar yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru (mempelajari konsep tingkat tinggi) dapat dikategorikan pada level extended abstract.
Tugas tidak dikerjakan oleh pebelajar secara tepat, dia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya, pebelajar itu adalah pebelajar prastruktural. Untuk mahasiwa unistruktural dan multistruktural, dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan satu atau lebih aspek yang terkait, namun belum diintegrasikan. Bila aspek-aspek tersebut diintegrasikan secara koheren, maka pebelajar tersebut tergolong dalam relasional. Jika integrasi tersebut dikonseptualisasi pada level tinggi dengan cara abstraksi dan generalisasi untuk topik atau area baru, maka pebelajar ini berada dalam level extended abstract.
Menurut Biggs (1999) respons pebelajar pada level extended abstract dan relasional adalah fase kualitatif. Dalam hal ini, pebelajar merespons suatu masalah dengan cara mengintegrasikan informasi-informasi yang diberikan dengan menggunakan pola (pattern) struktural. Sedangkan untuk level-level di bawahnya merupakan fase kuantitatif. Pebelajar dalam hal ini melakukan respons terhadap tugas dengan menggunakan satu atau lebih atau bahkan tidak sama sekali dari informasi-informasi yang diberikan. Bila informasi-informasi tersebut digunakan, dia tidak melakukan pengintegrasian.
Bila dibandingkan dengan Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut. Indikasi level extended abstract adalah membuat teori, generalisasi, hipotesis, refleksi, dan membangun. Indikasi level relasional adalah membandingkan, menjelaskan (tentang mengapa), memadukan, menganalisis, menghubungkan, dan menerapkan. Indikasi level multistruktural adalah mengklasifikasikan, menghitung, mendeskripsikan, mendaftar, mengombinasikan, dan mengerjakan suatu algoritma. Indikasi level unistruktural adalah mengidentifikasi, melakukan prosedur sederhana. Indikasi level prastruktural adalah tidak ada poin dalam taksonomi Bloom.
Level Prastruktural
Pebelajar yang merespons suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten dikategorikan pada level prastruktural (Collis & Biggs, 1986). Respons yang ditunjukkan berdasarkan rincian informasi yang tidak relevan. Konsepsi yang dia munculkan bersifat personal, subjektif dan tidak terorganisasi secara intrinsik. Pebelajar tersebut tidak memahami tentang apa yang didemonstrasikan. Bila dikaitkan dengan bangunan suatu rumah, maka semua bahan berserakan dan tidak dapat memulai membangun rumah tersebut.
Biggs & Collis (1982) melakukan penelitian tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini, masalah yang diajukan adalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Dua responden pada level prastruktural memberikan respon seperti berikut, responden pertama tidak memberikan jawaban apapun, sedangkan responden kedua memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah.
Level Unistruktural
Menurut Collis & Biggs (1986) bahwa pebelajar yang melakukan respons berdasarkan satu fakta konkret yang digunakan secara konsisten, namun hanya dengan satu elemen dapat dikategorikan pada level unistruktural. Untuk suatu permasalahan yang kompleks, pebelajar hanya memfokuskan pada satu konsep saja. Biggs (1999) menemukan respons pebelajar pada level unistruktural dalam usaha menyusun struktur tertentu hanya membuat satu hubungan sederhana, sehingga hubungan yang dibuat tersebut tidak memiliki logika yang jelas. Hasil penelitian Hawkins & Hedberg (1986) menunjukkan bahwa pebelajar yang hanya menggunakan satu model display, hanya menggunakan satu perintah tunggal, dan ia tidak dapat memberikan penalaran terhadap respon yang diberikan dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Penelitian Biggs & Collis (1982) tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis terhadap masalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Responden yang memberikan jawaban seperti berikut, “karena hujan lebih banyak terjadi pada sisi gunung yang menghadap ke pantai” dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Berdasarkan uraian di atas, pebelajar pada level ini mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada.
Level Multistruktural
Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang dapat memecahkan masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namum hubungan-hubungan tersebut belum tepat. Respons yang dibuat pebelajar pada level ini didasarkan pada hal-hal yang konkret tanpa memikirkan bagaimana interrelasinya. Respons tersebut konsisten, namun belum terintegrasi dengan baik. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang evaluasi program computer dengan bahasa LOGO menemukan pebelajar yang bekerja dengan trial & error. Dia dapat melihat lebih dari satu strategi, tetapi mereka tidak melakukan interrelasi. Dia menggunakan model display dengan lebih dari satu perintah. Dia juga menggunakan mode teks dan berusaha membuat program, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengedit, bila terjadi kesalahan dia akan hapus program tersebut, dan memulai dengan yang baru. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Level Rasional, Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang merespons suatu tugas berdasarkan konsep-konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan. Konklusi yang diperoleh secara konsisten secara internal. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level realsional.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang pemrograman dengan bahasa LOGO menemukan bahwa pebelajar mampu membuat keputusan, dan mengintegrasikan semua data yang ada. Dia mampu menulis program dalam model teks, dan jika terjadi kesalahan cukup diedit. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Nulty (2001) menemukan bahwa pebelajar yang memberikan lebih dari satu desain eksperimen, dengan lebih dari satu hipotesis. Pebelajar tersebut dapat mengaitkan desain dan hipotesis secara bersama-sama. Desain eksperimennya menggunakan pendekatan tahap ganda untuk menemukan perbedaan fakta. Pebelajar pada level ini dapat memberikan lebih dari satu interpretasi dari suatu argumen. Dia dapat memberikan beberapa solusi untuk suatu problem divergen, dan memberikan hubungan antar solusi yang mungkin. Pebelajar pada level ini dapat mengaitkan hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Pebelajar mulai mengaitkan informasi-informasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga ia peroleh konklusi yang konsisten. Pemahaman pebelajar terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Pebelajar dapat menerapkan konsep untuk masalah yang familier dan tugas situasional. Pebelajar dapat mengaitkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Level Extended Abstract
Menurut Collis & Biggs (1986) pebelajar yang dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respons yang tepat yang terpisah dengan konteks. Hal ini dilakukannya secara konsisten. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract.
Biggs & Collis (1982) mendeskripsikan setiap level tersebut sebagai berikut. Pebelajar yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada level prastruktural. Pebelajar yang dapat menggunakan satu penggal informasi dalam merespons suatu tugas (membentuk suatu data tunggal) dikategorikan pada unistruktural,. Pebelajar yang dapat menggunakan beberapa penggal informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama dikategorikan pada level multistruktural. Pebelajar yang dapat memadukan penggalan-penggalan informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas dikategorikan pada level relasional. Pebelajar yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru (mempelajari konsep tingkat tinggi) dapat dikategorikan pada level extended abstract.
Tugas tidak dikerjakan oleh pebelajar secara tepat, dia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya, pebelajar itu adalah pebelajar prastruktural. Untuk mahasiwa unistruktural dan multistruktural, dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan satu atau lebih aspek yang terkait, namun belum diintegrasikan. Bila aspek-aspek tersebut diintegrasikan secara koheren, maka pebelajar tersebut tergolong dalam relasional. Jika integrasi tersebut dikonseptualisasi pada level tinggi dengan cara abstraksi dan generalisasi untuk topik atau area baru, maka pebelajar ini berada dalam level extended abstract.
Menurut Biggs (1999) respons pebelajar pada level extended abstract dan relasional adalah fase kualitatif. Dalam hal ini, pebelajar merespons suatu masalah dengan cara mengintegrasikan informasi-informasi yang diberikan dengan menggunakan pola (pattern) struktural. Sedangkan untuk level-level di bawahnya merupakan fase kuantitatif. Pebelajar dalam hal ini melakukan respons terhadap tugas dengan menggunakan satu atau lebih atau bahkan tidak sama sekali dari informasi-informasi yang diberikan. Bila informasi-informasi tersebut digunakan, dia tidak melakukan pengintegrasian.
Bila dibandingkan dengan Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut. Indikasi level extended abstract adalah membuat teori, generalisasi, hipotesis, refleksi, dan membangun. Indikasi level relasional adalah membandingkan, menjelaskan (tentang mengapa), memadukan, menganalisis, menghubungkan, dan menerapkan. Indikasi level multistruktural adalah mengklasifikasikan, menghitung, mendeskripsikan, mendaftar, mengombinasikan, dan mengerjakan suatu algoritma. Indikasi level unistruktural adalah mengidentifikasi, melakukan prosedur sederhana. Indikasi level prastruktural adalah tidak ada poin dalam taksonomi Bloom.
Level Prastruktural
Pebelajar yang merespons suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten dikategorikan pada level prastruktural (Collis & Biggs, 1986). Respons yang ditunjukkan berdasarkan rincian informasi yang tidak relevan. Konsepsi yang dia munculkan bersifat personal, subjektif dan tidak terorganisasi secara intrinsik. Pebelajar tersebut tidak memahami tentang apa yang didemonstrasikan. Bila dikaitkan dengan bangunan suatu rumah, maka semua bahan berserakan dan tidak dapat memulai membangun rumah tersebut.
Biggs & Collis (1982) melakukan penelitian tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini, masalah yang diajukan adalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Dua responden pada level prastruktural memberikan respon seperti berikut, responden pertama tidak memberikan jawaban apapun, sedangkan responden kedua memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah.
Level Unistruktural
Menurut Collis & Biggs (1986) bahwa pebelajar yang melakukan respons berdasarkan satu fakta konkret yang digunakan secara konsisten, namun hanya dengan satu elemen dapat dikategorikan pada level unistruktural. Untuk suatu permasalahan yang kompleks, pebelajar hanya memfokuskan pada satu konsep saja. Biggs (1999) menemukan respons pebelajar pada level unistruktural dalam usaha menyusun struktur tertentu hanya membuat satu hubungan sederhana, sehingga hubungan yang dibuat tersebut tidak memiliki logika yang jelas. Hasil penelitian Hawkins & Hedberg (1986) menunjukkan bahwa pebelajar yang hanya menggunakan satu model display, hanya menggunakan satu perintah tunggal, dan ia tidak dapat memberikan penalaran terhadap respon yang diberikan dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Penelitian Biggs & Collis (1982) tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis terhadap masalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Responden yang memberikan jawaban seperti berikut, “karena hujan lebih banyak terjadi pada sisi gunung yang menghadap ke pantai” dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Berdasarkan uraian di atas, pebelajar pada level ini mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada.
Level Multistruktural
Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang dapat memecahkan masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namum hubungan-hubungan tersebut belum tepat. Respons yang dibuat pebelajar pada level ini didasarkan pada hal-hal yang konkret tanpa memikirkan bagaimana interrelasinya. Respons tersebut konsisten, namun belum terintegrasi dengan baik. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang evaluasi program computer dengan bahasa LOGO menemukan pebelajar yang bekerja dengan trial & error. Dia dapat melihat lebih dari satu strategi, tetapi mereka tidak melakukan interrelasi. Dia menggunakan model display dengan lebih dari satu perintah. Dia juga menggunakan mode teks dan berusaha membuat program, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengedit, bila terjadi kesalahan dia akan hapus program tersebut, dan memulai dengan yang baru. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Level Rasional, Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang merespons suatu tugas berdasarkan konsep-konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan. Konklusi yang diperoleh secara konsisten secara internal. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level realsional.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang pemrograman dengan bahasa LOGO menemukan bahwa pebelajar mampu membuat keputusan, dan mengintegrasikan semua data yang ada. Dia mampu menulis program dalam model teks, dan jika terjadi kesalahan cukup diedit. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Nulty (2001) menemukan bahwa pebelajar yang memberikan lebih dari satu desain eksperimen, dengan lebih dari satu hipotesis. Pebelajar tersebut dapat mengaitkan desain dan hipotesis secara bersama-sama. Desain eksperimennya menggunakan pendekatan tahap ganda untuk menemukan perbedaan fakta. Pebelajar pada level ini dapat memberikan lebih dari satu interpretasi dari suatu argumen. Dia dapat memberikan beberapa solusi untuk suatu problem divergen, dan memberikan hubungan antar solusi yang mungkin. Pebelajar pada level ini dapat mengaitkan hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Pebelajar mulai mengaitkan informasi-informasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga ia peroleh konklusi yang konsisten. Pemahaman pebelajar terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Pebelajar dapat menerapkan konsep untuk masalah yang familier dan tugas situasional. Pebelajar dapat mengaitkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Level Extended Abstract
Menurut Collis & Biggs (1986) pebelajar yang dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respons yang tepat yang terpisah dengan konteks. Hal ini dilakukannya secara konsisten. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract.
Alternatif selain Ranah kognitif Blooms secara umum digunakan pada
pendidikan tinggi adalah taxonomy SOLO, ini telah digunakan tidak hanya untuk
membantu dalam penentuan perolehan belajar namun juga digunakan mengkategorikan jawaban
dan sering digunakan dalam
criterian asesmen. Ada lima tingkatan mulai dari tingkatan tidak kompeten
sampai ahli. Hasil yang baik dalam taxonomy SOLO dan tipe yang berbeda:
1.
Level: Pre – Struktural
Karakteristik:
Tidak komopeten, tidak mengetahui apapun diderah tersebut.
Kata
kerja: -
2.
Level: Uni – Struktural
Karakteristik:
satu aspek yang relevan diketahui
Kata
kerja: daftar, ingatan nama
3.
Level: Multi – Struktural
Karakteristik:
beberapa aspek relevan telah diketahui
Kata
kerja: Menjelaskan, Mengklasifikasi,
menggabungkan
4.
Level: Rational
Karakteristik:
Aspek-aspek pengetahuan diintegrasikan ke dalam satu struktur
Kata
kerja: menganalisa, menjelaskan,
menggabunkan.
5.
Level: abstrak diiperluas
Karakteristik:
pengetahuan berlaku umum ke dalam domain
baru
Kata
kerja: memperkirakan, merefleksikan, dan
membangun teori.
Taxonomy
Fink
Berbeda dengan
taxonomy bloom dan SOLO, Fink menyajikan sebuah taxonomy yang tidak
hirarkis. Dalam tambahannya meliputi bagian-bagian lintas domain dan luas
kecuali pada domain Psikomotor. Ini mirip
dengan taxonomy Anderson
yang menekankan pada metakognitif
( belajar untuk belajar) dan juga termasuk aspek-aspek yang lebih efektif seperti dimensi kemanusiaan dan cinta kasih: mengidenfikasi/perubahan
perasaan seseorang.
1. Dimensi: Pengetahuan Dasar yang
meliputi memahami dan mengingat. Kata kerjanya adalah: daftar, nama dan
penjelasan
2. Dimensi Penerapan: Berpikir kritis,
kreatif dan praktis; memecahkan masalah. Kata kerjanya adalah: menganalisis,
menginterpretasikan dan menerapkan.
3. Dimensi Penyatuan: menghubungkan antar
ide, gagasan, subyek dan orang. Kata kerjanya adalah: menjelaskan, menyatukan.
4. Dimensi Kemanusiaan: belajar tentang
dan perubahan diri seseorang; memahami dan berinteraksi dengan yang lainnya, Kata
kerjanya adalah: merefleksi dan menilai.
5. Dimensi Kasih sayang: mengidentifikasi/perubahan
perasaan, kepentingan dan nilai-nilai seseorang. Kata kerjanya adalah: refleksi
dan interpretasi.
6. Dimensi Belajar untuk belajar: belajar
bagaimana menjawab dan bertanya, menjadi pebelajar yang memiliki self-directed.
Kata kerjanya adalah: mengkritisi dan menganalisis.
Senin, 09 Juli 2012
Taxonomy dalam Pembelajaran
Perbandingan Dua Taxonomy Dalam Asesmen Pembelajaran
A. Taxonomy Bloom
Bloom membagi
kemampuan pebelajar menjadi tiga domain utama, Yaitu: Kognitif, Afektif dan
psikomotor. Masing-masing domain memiliki level tersendiri.
1. Cognitive Domain (ada 6 Level)
a)
Knowledge (mengingat pengetahuan),
menyangkut pemerolehan dan mengingat fakta-fakta seperti nama, tanggal
kejadian, istilah, dan definisi.
b)
Comprehension (memahami): kemampuan
untuk memahami material, yang menyangkut interpretasi, menerjemahkan
(translation), menjelaskan (explanation), dan memprediksi (prediction).
c)
Application (aplikasi): kemampuan untuk
menggunakan ide-ide dan prinsip dalam situasi baru, seperti misalnya memecahkan
masalah.
d) Analysis (analisis): menyangkut di
dalamnya mengidentifikasi bagian-bagian melalui proses menganalisis,
membandingkan (comparing/contrasting), dan mengklasifikasi (classifying).
e) Synthesis (sintesis): kemampuan
“menaruh” bagian-bagian secara bersama, yang menyangkut proses merencanakan
(planning), menciptakan (creating), mengkonstruksi (constructing), dan
meramalkan (predicting).
f) Evaluation (evaluasi)/Kreatif:
menyangkut di dalamnya kamampuan untuk memutuskan tentang perihal atau isu-isu
tertentu.
2. Affective Domain (Ada lima Level)
a) Receiving:
mendengarkan dan/atau hadir secara pasif
b) Responding:
menunjukkan keinginan untuk berpartisipasi
c)
Valuing: keterlibatan secara aktif, memiliki komitmen atau
memperlihatkan sesuatu yang berarti/bermakna
d)
Organizing: terkait dengan integrasi niali-nilai baru
e)
Characterizing
by value: semua sikap sebelumnya
dilakukan dan secara terus menerus melakukan sesuatu atas dasar nilai yang
diyakininya
3. Psychomotor Domain (Ada 6 Level)
a)
Reflect
movement: gerakan yang
dilakukan tanpa sengaja atau berdasarkan insting (missal, mengejapkan mata)
b)
Basic
fundamental movement: gerakan
yang dilakukan setelah terjadinya suatu gerak reflek (missal, berjalan,
melompat)
c)
Perceptual
abilities: menyangkut
gerakan/aktivitas yang berhubungan dengan menerjemahkan informasi yang diterima
menggunakan 5 indera
d)
Physical
movement: menyangkut
gerakan yang berkaitan dengan daya tahan, kekuatan,
fleksibilitas, dan ketangkasan
e)
Skilled
movement: terkait dengan
kemampuan/keterampilan fisik (aktivitas umum dalam suatu area tertentu,
misalnya olahraga, musik, menari, dsb)
f)
Non-discursive
communication: keterampilan
mengkomunikasikan sesuatu melalui gerakan fisik, seperti pantomime, lawak,
tarian, dsb.
B. Taxonomy Anderson.
Anderson sendiri adalah murid
dari Bloom. Anderson menyatakan taxonomy yang di bangun, merupakan revisi dari
Taxonomy Bloom.
Hasil belajar
kognitif dibedakan atas: remember,
understand, apply, analyze, evaluate, dan create. (Bandingkan dengan
Taxonomy Bloom : Knowledge, Comphrehension, Application, Analysis, sinthesis,
Evaluation) Atas dasar ini,
maka jenis pengetahuan dapat dikategorisasi menjadi 4, yaitu:
- pengetahuan faktual yaitu jenis pengetahuan diskrit (terpisah) atau berupa elemen-elemen dari suatu konten yang terisolasi è ”bits of information”. Menyangkut di dalamnya pengetahuan tentang terminologi atau detail dan elemen yang spesifik
- pengetahuan konseptual yaitu jenis pengetahuan yang terorganisasi dan lebih kompleks dari pengetahuan faktual. Di dalamnya menyangkut pengetahuan tentang mengklasifikasi dan mengkategorisasi, prinsip dan generalisasi, serta teori, model dan struktur.
- pengetahuan prosedural yaitu jenis pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Di dalamnya menyangkut pengetahuan tentang suatu keterampilan, teknik, dan metode tertentu, serta pengetahuan tentang penggunaan kriteria untuk menentukan dan/atau menjustifikasi ”kapan mengerjakan apa” dalam disiplin/ domain tertentu
- pengetahuan metakognitif yaitu jenis pengetahuan kognisi tentang proses memperoleh pengetahuan (mengatur è sadar dan tahu ”apa, kapan, di mana harus melakukan ....” = pengetahuan strategi mengelola pikiran)
Enam
Kategori dari Dimensi Proses kognitif
1. Remember: memanggil pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang yang meliputi:
Recognizing (
Mengakui) dan Recalling (Mengingat)
2. Understanding:
Membangun makna dari pesan pembelajaran
dalam bentuk tulisan maupun lisan ataupun komunkasi grafis, yang
meliputi: Interpreting (menginterpretasikan) , Exemplifying (Memberi contoh),
Classifying(mengklasifikasi), Summarizing(merangkum), Inferring (Menyimpulkan),
Comparing (membandingkan) dan Explaining (Menjelaskan).
3. Apply:
Melakukan atau menggunakan suatu prosedur di dalam situasi tertentu yang meliputi: Executing (
mengeksekusi, menjalankan) dan Implementing ( Penerapan).
4. Analyze:
memecah materi menjadi bagian yang saling berhubungan antara yang satu
dangan yang lainnya baik dalam struktur dan tujuan, yang meliputi:
Differentiating (membedakan), Organizing ( mengorganisasikan) dan Attributing (
member atribut)
5 Evaluate: membuat pertimbangan berdasarkan pada criteria dan standar, yang meliputi
Checking ( Pengecekan) dan Critiquing ( Pengkritisan)
6. Create:
menyusun bagian menjadi suatu bentuk yang koheren atau fungsional,
menyeluruh dan terorganisasi kedalam suatu
pola atau struktur yang baru, yang meliputi:
generating ( Pembentukan, pembangkitan), Planning ( Perencanaan) dan
Producing (Pembuatan)
Langganan:
Postingan (Atom)