Pendidikan Neo-Humunistik
Menurut para ilmuwan, potensi manusia itu sungguh tak
terbatas, akan tetapi hingga tingkat
peradaban sekarang ini kita baru menggunakan hanya satu persen saja dari seluruh potensi tersebut. Apabila benar demikian, maka
tugas paling utama pendidikan ialah "menggali"
seluruh potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar setiap manusia menjadi manusia seutuhnya, komplit. Dan inilah
memang tugas Pendidikan Neo Humanis, di
mana dilakukan upaya-upaya secara terpadu untuk menyadap potensi tertinggi di dalam diri setiap anak, pada setiap waktu
dan setiap tempat.
Pendidikan Neo Humanis
memberikan pendidikan kepada keseluruhan bagian yang membentuk anak itu : bukan hanya
menghafalkan informasi can menjejalkannya kepada intelek, atau melatih anak menjadi robot agar guru menjadi senang karena
anak itu akan mengeluarkan jawaban-jawaban yang dikehendaki yang dikatakan
sebagai "benar".
Pendidikan Neo Humanis
hendaknya diberikan kepada anak sejak usia dini. Itulah sebabnya Shrii P.R. Sarkar, pelopor Pendidikan Neo
Humanis dengan filosofi Neo Humanisme-nya, menganjurkan untuk mendirikan lebih
banyak Taman Kanak-kanak atau Pre-School
yang menerapkan sistem pendidikan Neo humanis.
Kenapa P.R. Sarkar
tidak menganjurkan mendirikan lebih banyak Perguruan Tinggi ? Sudah diakui
secara umum sebagai suatu fakta perkembangan seseorang sebagian besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode
usia ini anak-anak membentuk struktur
kognitif clan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya. Oleh karena itu guru-guru dan fasilitas yang
terbaik hendaknya dikonsentrasikan pada
pendidikan kanak-kanak dan sekolah dasar.
P.R. Sarkar mengatakan
bahwa pada setiap orang ada kehausan akan 'sesuatu' yang tak terbatas. Satu tugas terpenting dan pendidikan adalah
membangkitkan keinginan akan perluasan yang
tak terbatas itu - ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Yang harus dibangkitkan pada setiap siswa adalah perasaan, "Saya
ingin mengetahui/menyatu dengan
kosmos." Sistem pendidikan tradisional
masih jauh dari usaha sedemikian ini.
Harapan yang dimiliki
oleh setiap anak yang lahir ternyata hancur berantakan, sebagai akibat adanya
ketidak adilan yang terjadi dewasa ini. Manusia mulai seperti kupu-kupu dan berakhir sebagai kepompong.
Sudah saatnya sistem pendidikan dirancang sedemikian rupa
sehingga tidak menghasilkan
orang-orang yang berpengetahuan setengah-setengah yang kemudian berkembang menjadi agresip, bingung, pembangkang dan
frustrasi. Akibat selanjutnya, rangkaian jaringan sosial menjadi semakin rusak.
Dilihat secara keseluruhan, semakin banyak saja anak-anak remaja yang putus sekolah, keluyuran, dan
terjerumus ke dalam penggunaan
obat-obat terlarang (narkoba), merusak lingkungan, terkena penyakit kelamin,
minggat dari rumah, gila atau bunuh diri.
Sudah sedemikian banyak dana can waktu dikorbankan untuk
mencoba membenahi sistern pendidikan. Tetapi sayang, banyak yang gagal, karena
perhatian dipusatkan kepada sumber
masalah yang keliru - yaitu dengan
menambah intensitas menjejalkan informasi. Di
banyak negara, "pembaharuan" di bidang pendidikan berarti menambah jam dan bahan pengajaran serta memompakan lebih banyak
informasi kepada anak anak yang sebenarnya sudah jenuh. Kesibukan menghafalkan informasi ini telah
memerosotkan mutu dan martabat manusia dan
menghancurkan jiwa para siswa itu. Berlawan dengan itu, Finlandia justru
mengurangi jejalan tumpukan yang tidak berguna bagi anak dan hasilnya kualitas
pendidikan di Finlandia dan di Korea Selatan justru terbaik di dunia.
Ketika anak-anak dipandang sebagai sebuah keranjang yang
fungsi utamanya menerima, menyimpan
dan mengeluarkan kembali data dan fakta itu, maka proses belajar itu akan bersifat mekanistis dan para siswa yang
jenuh itu akan menjadi agresif dan frustrasi
atau mencari pelampiasan emosinya yang tidak terkendalikan. Kita memerlukan perubahan dan perubahan itu harus dilakukan
sekarang.
Terlebih dulu kita harus mengerti apa yang dijelaskan oleh
P. R. Sarkar - dan
ternyata ditunjang oleh kaidah-kaidah
ilmu fisika modern - bahwa kehadiran
kita bukan sekadar kenyataan yang
nampak oleh panca indera, tetapi merupakan suatu rangkaian berkesinambungan dari berbagai lapisan kesadaran
yang mulai dari lapisan yang paling kasar
yaitu badan jasmani, melanjut menuju lapisan-lapisan yang lebih halus yaitu lapisan-lapisan psikis, dan akhirnya sampai pada
suatu medan yang menyatu dengan kesadaran
tak terbatas. Keseluruhan lapisan psikis itu dapat diidentifikasi ke dalam 5 lapisan
1. Kesadaran Jaga (Conscious Mind) PENGINDERAAN
2. Bawah Sadar (Subconscious Mind) INTELEK
3. Lapisan pertama Kesadaran Supra KREATIVITAS
4. Lapisan kedua Kesadaran Supra INTUISI
5. Lapisan ketiga Kesadaran Supra SPIRITUALITAS
Di dalam setiap kesadaran yang lebih tinggi terdapat sumber pengetahuan
yang lebih luas yang lebih
memberikan kebahagiaan, karena lapisan yang lebih tinggi ruang lingkupnya lebih luas dan mengandung cadangan energi yang
bukan main banyaknya. Lapisan-lapisan
ini bukan sekadar konsepsi teoritis kaum psikolog, tetapi merupakan level yang berfungsi dapat dialami oleh setiap orang yang
berlatih dengan penuh disiplin menjelajahi
jiwanya. Tetapi sayang, pada umumnya orang tidak menyadari adanya level-level terpenting dari jiwa yang terdalam; dan kita
biasanya hidup dengan dua level yang lebih
rendah yaitu lapisan sadar dan bawah sadar saja.
Apa yang menjadikan Pendidikan Neo Humanis itu unik ialah
bahwa sistem dan metode pendidikan ini
secara sistematis mengembangkan semua lapisan keberadaan manusia dan secara berangsur-angsur mangarahkan individu menuju
tujuan yang tidak terbatas. Jadi Pendidikan
Neo Humanisme ini sebenarnyalah merupakan pendidikan keseluruhan (holistic education), karena di dalam proses pendidikan
itu tidak terdapat bagian kesadaran manusia yang terabaikan, tidak ada aspek
kehidupan manusia yang tidak ditangani. Dengan memahami karakteristik
eksistensi manusia secara keseluruhan maka seorang pendidik akan lebih mudah menggali metode-metode pengajaran yang
lebih sesuai dengan psikologi anak
didik.
Tujuan Pendidikan Neo-Humanistik
· Mengembangkan
potensi anak sepenuhnya :
fisik, mental, dan spiritual.
· Membangkitkan
kehausan akan ilmu pengetahuan dan senang (cinta) belajar.
·
Membekali anak-anak dengan kemampuan akademik dan
kemampuan lainnya yang diperlukan untuk
pendidikan selanjutnya.
·
Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
anak yang meliputi
·
moralitas, integritas, percaya diri, disiplin, dan
kerjasama.
·
Mengembangkan
kemantapan fisik dan ketahanan mental melalui yoga dan meditasi, olahraga
·
dan bermain.
·
Mengembangkan rasa estetika dan penghargaan terhadap
kebudayaan melalui drama, tari, musik dan senirupa.
· Mendorong
anak-anak agar menjadi anggota masyarakat yang aktif dan bertanggungjawab.
·
Meningkatkan kesadaran ekologi dalam makna yang paling
luas, yaitu kesadaran akan saling terkaitnya segala sesuatu dan mendorong rasa
hormat dan peduli
·
Terhadap semua makhluk
· Meningkatkan
Pandangan Universal, terbebas dari perbedaan agama, warna kulit"
·
Jenis kelamin, dsb.
Aspek-aspek
kepribadian manusia dan metode pendidikan neo humanis untuk Mengembangkannya:
1. Badan jasmani
pengembangannya melalui latihan-latihan gerak badan yang ringan dan kasar,
latihan yoga yang halus (yoga asanas),
tarian, dan makanan sehat.
2. Kesadaran sadar
pengembangannya melalui kegiatan sensori-motorik termasuk latihan-latihan dalam
kehidupan praktis, lingkungan yang mendukung, etika atau kegiatan pro-sosial.
3. Kesadaran bawah
sadar pengembangan intelek melalui kegiatan-kegiatan sensori-motor dan
penggunaan permainan dan fantasi (playway
method).
4. Kesadaran kreatif
pengembangan inisiatif sendiri dan ekspresi diri melalui seni yang kreatif,
permainan fantasi dan drama.
5. Kesadaran intuitif pengembangan
kebijaksanaan yang halus dan cinta universal melalui kurikulum Lingkaran Kasih
(Circle of Love) dan penggunaan
cerita dan lagu-lagu yang memiliki nilai universal.
6. Kesadaran spiritual pengembangannya
melalui meditasi (quiet-time), cerita
dan lagu-lagu spiritual, dan tarian yoga yang halus.