Jumat, 23 November 2012

Menghukum Siswa



MENGHUKUM SECARA EDUKATIF
Setiap guru tentu pernah melakukan hukuman terhadap peserta didik yang pernah melakukan pelanggaran. Hai ini dilakukan agar peserta didik menyadari dan tak mengulang kesalahannya kembali. Namun, benarkah teknik ini mampu membuat mereka jera dan tak mengulangi lagi? Tak jarang media memberitakan guru yang terkena bumerang atas tindakan tersebut. Alih-alih memberi tindakan pembelajaran pada peserta didik, yang terjadi justru guru terjerat masalah hukum. Berikut prinsip-prinsip dalam memberikan hukuman yang edukatif.

Jangan Menghukum karena Emosi
Hal ini bisa terjadi bila guru mendapati peserta didiknya tidak mematuhi instruksi, terlebih mereka melakukan per­lawananan. Guru akan merasa disepelekan dan akhirnya dapat memancing emosi guru. Beberapa permasalahan di kelas yang membuat guru emosi di antaranya adalah siswa berkat,a atau berlaku tak sopan, gaduh/ramai, mengantuk/ menguap dengan keras saat pelajaran, membaca buku lain yang tak terkait pelajaran, tak mengerjakan tugas yang diberikan, dan atau sering membolos.
Apapun pelanggaran siswa, prinsip menghukumnya jangan didasari emosi, balas dendam, apalagi perasaan benci. Apabila salah satu hat di atas terjadi, ada baiknya guru menyikapinya dengan kepala dingin. Guru harus menyadari peserta didik masih memiliki keterbatasan mengenai tata krama dan kesadaran mematuhi instruksi. Di sinilah peran dan tugas guru membuat peserta didik mengenal tata krama dan disiplin.

Analisis Jenis Kesalahan atau Pelanggaran Siswa
Guru hendaknya memiliki daya analisis tinggi. Artinya, bila ada peserta didik yang melanggar, guru hendaknya segera mencari akar penyebabnya. Bila kesalahan itu terjadi di saat pelajaran berlangsung, karena siswa mengantuk atau menguap dengan keras, gaduh atau membaca buku selain pelajaran, asumsi yang muncul untuk menjelaskan permasalahan ini adalah strategi pembelajaran guru yang kurang menarik atau peserta didik merasa dirinya tak terlibat penuh pada mata diktat yang dipelajari.
Apabila peserta didik berkata tidak sopan, hat pertarna yang harus dilakukan guru adalah segera memberi tindakan berupa peringatan secara verbal. Lantas, guru mencari data mengenai peserta didik yang bersangkutan pada BK. Setelah itu, lakukanlah pendekatan secara personal. Jika siswa tersebut didekati baik-baik, dia akan merasa sungkan kepada guru. Paling tidak, siswa itu akan memahami apa yang guru lakukan bukanlah untuk. kepentingan guru sendiri, tetapi untuk kepentingan siswa tersebut. Penanganan seperti ini akan membawa dampak positif, guru akan disukai dan didengar nasehatnya.
Jangan Menghukum Tanpa Nilai Edukasi
Membuat peserta didik yang bermasalah menyadari kesalahannya memang bukan pekerjaan mudah. Bila peserta didik tak mengerjakan tugas, jangan langsung menyuruhnya push-up atau lari tanpa feed-back. Hukuman bisa dilakukan dengan menyuruh mereka mencari tugas tambahan di Internet, koran, atau majalah yang berkaitan dengan pelajaran. Dengan demikian, dia akan berusaha mencari tahu apa yang harus diperbaikinya. Walaupun tidak semua siswa akan melakukan itu, tetapi hal itu lebih bijak daripada menghukum secara fisik.
 Lakukan Hukuman Tahap Demi Tahap
Sangat dimungkinkan bahwa hukuman verbal atau pengarahan secara khusus tak diindahkan peserta didik yang bandel. Dalam kasus seperti ini, prinsip nomor satu di atas harus menjadi prioritas. Hal yang mungkin dilakukan guru adalah memberi hukuman sesuai dengan beberapa tahapan. Pertama, guru melakukan peneguran secara tegas di hadapan peserta didik lainnya agar peserta didik yang bermasalah tak mengulangi lagi dan peserta didik lainnya menjauhkan diri dari perbuatan yang sama. Kedua, jika is tidak mengindahkan, permasalahan seperti ini perlu penangananan pihak sekolah dan orangtua. Kebijakan ini adalah menghindarkan guru dari permasalahan. Sementara itu, guru dapat melaksanakan dan melanjutkan tugas mulianya.
 
Dikutip dari Lusita, A. 2011. Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif dan Inovatif.Yogyakarta: Araska

Tidak ada komentar: