Rabu, 13 Juni 2012

TI dan Pembelajaran


TEKNOLOGI INFORMASI, MULTIMEDIA DAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran yang efektif: sejauh ini teknologi informasi (TI) atau sering disebut Information technology (IT) dan Multimedia mampu mengubah  pembelajaran  secara drastis dan fundamental. Namun pertanyaannya adalah, kapan TI dan multimedia efektif digunakan  dalam proses pembelajaran dan mengapa efektif?
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, seorang pengguna TI dan multimedia harus memiliki pemahaman  yang menyeluruh tentang TIdan multimedia. Ketika membahas TI  dan multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah gabungan alat-alat  teknik seperti computer, memori elektronik, jaringan informasi dan alat-alat display yang dapat menyajikan  informasi melalui  berbagai format  seperti teks, gambar nyata atau grafik dan melalui dual channel sensoric, pendengaran dan pengelihatan.
Hal ini analog dengan pemikiran  jika kita menganggap computer sebagai  mesin tik misalnya. Padahal  computer  jelas-jelas memiliki berbagai fungsi dan manfaat yang lebih banyak dibanding mesin tik manual. Lebih lanjut, anggapan bahwa setiap penggunaan computer di dalam proses pembelajaran dan evaluasi pembelajan selalu dianggap lebih baik, maju, dan efektif.
 Beberapa kesalahan konsep mengenai TI dan Multimedia:
1. sebagian besar pengguna  TI dan multimedia masih mengganggap TI dan mulitimedia hanya sebagai alat penampil suatu materi yang akan disampaikan.
2. TI dan Multimedia dan dipandang sebagai wahana yang  selalu memberikan dampak positif pada pembelajaran.
3. Karena TI dan Multimedia memanfaatkan banyak ragam  media dan teknologi tinggi maka akan serta merta menghasilkan  proses  kognitif yang efektif dan banyak pula.  Dengan bahasa sederhana  dikatakan  bahwa dengan memberikan  banyak hal dan mnggunakan teknologi tinggi maka peserta didik akan mendapatkan lebih banyak, lebih baik dan lebih efektif.
Sebelum  mencari jawaban pertanyaan awal,  Mayer dalam The Cambridge Handbook of Multimedia Learning, ada beberapa level pada TI dan Multimedia, yaitu:
1. Level teknis yaitu, TI dan Multimedia berkaitan dengan  alat-alat  teknis; alat-alat ini dapat  diartikan  sebagai wahana yang meliputi  tanda-tanda (signs).
2. Level Semiotik Yaitu, representasi hasil TI dan multimedia seperti teks, gambar, grafik, audio dll.
3. Level Sensorik yaitu, yang berkaitan dengan  saluran sensorik yang berfungsi untuk menerima berbagai tanda (signs).
Dengan memanfaatkan  ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan  TI dan multimedia dan mendapatkan  efektifitas pemanfaatan TI dan Multimedia pada proses pembelajaran. Berikut ini pengaruh TI dan Multimedia dalam pembelajaran antara lain
a.       Multi bentuk representasi
b.      Animasi
c.       Multi saluran sensorik
d.      Pembelajaran non linearitas
e.      Interaktivitas
Multi bentuk  representasi yang dimaksud disini adalah mampu menampilkan berbagai komponen mulai teks, audio, video, dan masing-masing komponen terhubung secara sistematis dan saling mendukung. Teks mendukung gambar dan video, begitu juga sebaliknya video  dan gambar semakin menguatkan pemahaman pebelajar.
Animasi, dari asal katanya animate berarti menghidupkan atau memberi jiwa. Dengan landasan itu animasi yang digunakan harus menghidupkan proses pembelajaran bukan sebaliknya malah membuyarkan perhatian siswa dan tidak memberikan motivasi belajar.
Multi saluran sensorik, sebagaimana dijelaskan oleh Mayer, manusia memiliki dua kanal pemrosesan yitu kanal visual yang berhubungan dengan pengelihatan dan kanal auditori yang berkaitan dengan pendengaran. Informasi yang akan disimpan lewat kedua saluran tersebut untuk kemudian disimpan dalam bentuk Short term memory, dan dapat bertahan lama dalam Long term memory. Kanal-kanal tadi dapat mengalami overload Karena masing-masing saluran memiliki keterbatasan sehingga perlu ditata. Misalnya menampilkan video bersamaan dengan teks, ini tidak efektif karena saluran visual imagery akan terbebani dimana mata harus melihat video dan juga harus membaca teks, keduanya merupakan tampilan visual, akan lebih baik jika video diberikaan narasi lisan, ini tidak akan membebani saluran visual.
Pembelajaran non linear yang dimaksudkan disini adalah proses pembelajaran  yang tidak hanya mengandalkan materi-materi dari guru atau instruktur, tetapi sebaiknya peserta didik dapat menambah pengetahuan dari barbagai sumber sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dan mampu mentransfer pengetahuannya dalam memecahkan masalah  nyata.
Interaktivitas, ini merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah media atau Tools dalam pembelajaran. Interaktivitas  diterjemahkan sebagai  tingkat  interaksi  dengan media pembelajaran yang digunakan, yakni TI dan Multimedia. Karena kelebihan  yang dimiliki TI dan Multimedia memungkinkan bagi siapapun untuk senantiasa menggali dengan memanfaatkan detil-detil di dalam TI dan multimedia  dalam menunjang  kegiatan  pembelajaran. Jangan justru potensi kelebihan ini malah disunat dengan menghilangkan interaktivitas media sehingga pemanfaatan TI dan Multimedia menjadi alat ‘penyiksa’ anak didik. Hilangnya interaktivitas di dalam media pembelajaran akan membentuk sosok media linear dimana anak didik menjadi obyek dalam pembelajaran, bahkan untuk buang air kecilpun siswa tidak bisa karena karena akan takut ketinggalan materi pelajaran. Kondisi ini dalam paradigma Konstruktivistik tentu sangat ditentang. Guru bukan lagi pengajar namun harus membelajarkan siswa yang menjadi subyek dalam proses pembelajaran. Interaktivitas media yang baik berarti siswa dapat mengendalikan content media  sesuai dengan kemampuan siswa, mulai dari materi, kecepatan belajar dan gaya belajar siswa.  Siswa yang memiliki prior knowledge yang maju akan mampu mengerjakan soal dengan lebih cepat, sebaliknya siswa yang memiliki prior knowledge yang lebih rendah akan menyelesaikan soal dengan waktu yang lebih lama. Perbedaan inilah yang harus diakomodasi oleh desainer media sehingga media dapat mengembangkan self regulated siswa sebagai bagian dari metakognitif siswa. Tidak bisa diseragamkan!
Dari paparan di atas, sangatlah penting untuk merancang pemanfaatan TI dan multimedia yang mengakomodasi kepentingan siswa, jika kita masih berorientasi pada pembelajaran costumize (berorientasi pada pelanggan) dan haruslah melakukan pengkajian secara mendalam berkaitan dengan penggunaan media dan desain pembelajaran. Kembali pada paradigma pendidikan yang berorientasi costumize, pertanyaannya adalah sudahkah pemanfaatan TI dan multimedia menguntungkan siswa, atau malah sebaliknya ‘menyiksa’ siswa? Tidak setiap penggunaan dan pemanfaatan TI dan Multimedia bisa menciptakan efektivitas dan efesiensi dalam pembelajaran.  Dalam filosofi teknologi sering disebutkan teknologi itu menyangkut hal Cheaper, faster, saver, more efecient and user friendly, jika tidak kembilah menenggok aspek-aspek desain pembelajaran. (Kemahyasa)

3 komentar:

ARYANA RAI mengatakan...

Om.... ini post... ngasi masalah atau memberi solusi atas masalah dlm pembelajaran...????

tmmsmkn3singaraja mengatakan...

Baca Artikelnya baik-baik bro, bedakan mana referensi, mana masalah, mana solusi! kalo mau mencari solusi dalam pembelajaran pake model ADDIE atau ASSURE! dan artikel bisa dijadikan kajian. Berikan saya pertanyaan yang relevan dengan artikel!

tmmsmkn3singaraja mengatakan...

wikiwiki, orang cerdas tahu kapan harus buka mulut