Selasa, 10 Juli 2012

TAXONOMY DALAM PEMBELAJARAN Lanjutan....


TAXONOMY dalam PEMBELAJARAN....2
Biggs & Collis (1982) mendesain taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons pebelajar terhadap suatu tugas. Taksonomi tersebut terdiri dari lima level, yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan extended abstract.
Biggs & Collis (1982) mendeskripsikan setiap level tersebut sebagai berikut. Pebelajar yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada level prastruktural. Pebelajar yang dapat menggunakan satu penggal informasi dalam merespons suatu tugas (membentuk suatu data tunggal) dikategorikan pada unistruktural,. Pebelajar yang dapat menggunakan beberapa penggal informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama dikategorikan pada level multistruktural. Pebelajar yang dapat memadukan penggalan-penggalan informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas dikategorikan pada level relasional. Pebelajar yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru (mempelajari konsep tingkat tinggi) dapat dikategorikan pada level extended abstract.
Tugas tidak dikerjakan oleh pebelajar secara tepat, dia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya, pebelajar itu adalah pebelajar prastruktural. Untuk mahasiwa unistruktural dan multistruktural, dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan satu atau lebih aspek yang terkait, namun belum diintegrasikan. Bila aspek-aspek tersebut diintegrasikan secara koheren, maka pebelajar tersebut tergolong dalam relasional. Jika integrasi tersebut dikonseptualisasi pada level tinggi dengan cara abstraksi dan generalisasi untuk topik atau area baru, maka pebelajar ini berada dalam level extended abstract.
Menurut Biggs (1999) respons pebelajar pada level extended abstract dan relasional adalah fase kualitatif. Dalam hal ini, pebelajar merespons suatu masalah dengan cara mengintegrasikan informasi-informasi yang diberikan dengan menggunakan pola (pattern) struktural. Sedangkan untuk level-level di bawahnya merupakan fase kuantitatif. Pebelajar dalam hal ini melakukan respons terhadap tugas dengan menggunakan satu atau lebih atau bahkan tidak sama sekali dari informasi-informasi yang diberikan. Bila informasi-informasi tersebut digunakan, dia tidak melakukan pengintegrasian.
Bila dibandingkan dengan Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut. Indikasi level extended abstract adalah membuat teori, generalisasi, hipotesis, refleksi, dan membangun. Indikasi level relasional adalah membandingkan, menjelaskan (tentang mengapa), memadukan, menganalisis, menghubungkan, dan menerapkan. Indikasi level multistruktural adalah mengklasifikasikan, menghitung, mendeskripsikan, mendaftar, mengombinasikan, dan mengerjakan suatu algoritma. Indikasi level unistruktural adalah mengidentifikasi, melakukan prosedur sederhana. Indikasi level prastruktural adalah tidak ada poin dalam taksonomi Bloom.
Level Prastruktural
Pebelajar yang merespons suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten dikategorikan pada level prastruktural (Collis & Biggs, 1986). Respons yang ditunjukkan berdasarkan rincian informasi yang tidak relevan. Konsepsi yang dia munculkan bersifat personal, subjektif dan tidak terorganisasi secara intrinsik. Pebelajar tersebut tidak memahami tentang apa yang didemonstrasikan. Bila dikaitkan dengan bangunan suatu rumah, maka semua bahan berserakan dan tidak dapat memulai membangun rumah tersebut.
Biggs & Collis (1982) melakukan penelitian tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini, masalah yang diajukan adalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Dua responden pada level prastruktural memberikan respon seperti berikut, responden pertama tidak memberikan jawaban apapun, sedangkan responden kedua memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah.
Level Unistruktural
Menurut Collis & Biggs (1986) bahwa pebelajar yang melakukan respons berdasarkan satu fakta konkret yang digunakan secara konsisten, namun hanya dengan satu elemen dapat dikategorikan pada level unistruktural. Untuk suatu permasalahan yang kompleks, pebelajar hanya memfokuskan pada satu konsep saja. Biggs (1999) menemukan respons pebelajar pada level unistruktural dalam usaha menyusun struktur tertentu hanya membuat satu hubungan sederhana, sehingga hubungan yang dibuat tersebut tidak memiliki logika yang jelas. Hasil penelitian Hawkins & Hedberg (1986) menunjukkan bahwa pebelajar yang hanya menggunakan satu model display, hanya menggunakan satu perintah tunggal, dan ia tidak dapat memberikan penalaran terhadap respon yang diberikan dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Penelitian Biggs & Collis (1982) tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis terhadap masalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Responden yang memberikan jawaban seperti berikut, “karena hujan lebih banyak terjadi pada sisi gunung yang menghadap ke pantai” dapat dikategorikan pada level unistruktural.
Berdasarkan uraian di atas, pebelajar pada level ini mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada.
Level Multistruktural
Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang dapat memecahkan masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namum hubungan-hubungan tersebut belum tepat. Respons yang dibuat pebelajar pada level ini didasarkan pada hal-hal yang konkret tanpa memikirkan bagaimana interrelasinya. Respons tersebut konsisten, namun belum terintegrasi dengan baik. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang evaluasi program computer dengan bahasa LOGO menemukan pebelajar yang bekerja dengan trial & error. Dia dapat melihat lebih dari satu strategi, tetapi mereka tidak melakukan interrelasi. Dia menggunakan model display dengan lebih dari satu perintah. Dia juga menggunakan mode teks dan berusaha membuat program, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengedit, bila terjadi kesalahan dia akan hapus program tersebut, dan memulai dengan yang baru. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.
Level Rasional, Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa pebelajar yang merespons suatu tugas berdasarkan konsep-konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan. Konklusi yang diperoleh secara konsisten secara internal. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level realsional.
Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang pemrograman dengan bahasa LOGO menemukan bahwa pebelajar mampu membuat keputusan, dan mengintegrasikan semua data yang ada. Dia mampu menulis program dalam model teks, dan jika terjadi kesalahan cukup diedit. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Nulty (2001) menemukan bahwa pebelajar yang memberikan lebih dari satu desain eksperimen, dengan lebih dari satu hipotesis. Pebelajar tersebut dapat mengaitkan desain dan hipotesis secara bersama-sama. Desain eksperimennya menggunakan pendekatan tahap ganda untuk menemukan perbedaan fakta. Pebelajar pada level ini dapat memberikan lebih dari satu interpretasi dari suatu argumen. Dia dapat memberikan beberapa solusi untuk suatu problem divergen, dan memberikan hubungan antar solusi yang mungkin. Pebelajar pada level ini dapat mengaitkan hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Pebelajar mulai mengaitkan informasi-informasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga ia peroleh konklusi yang konsisten. Pemahaman pebelajar terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Pebelajar dapat menerapkan konsep untuk masalah yang familier dan tugas situasional. Pebelajar dapat mengaitkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.
Level Extended Abstract
Menurut Collis & Biggs (1986) pebelajar yang dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respons yang tepat yang terpisah dengan konteks. Hal ini dilakukannya secara konsisten. Pebelajar dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract. 
 
Alternatif selain Ranah  kognitif Blooms secara umum digunakan pada pendidikan tinggi adalah taxonomy SOLO, ini telah digunakan tidak hanya untuk membantu dalam penentuan perolehan belajar namun juga digunakan  mengkategorikan  jawaban  dan sering digunakan  dalam criterian asesmen. Ada lima tingkatan mulai dari tingkatan tidak kompeten sampai ahli. Hasil yang baik dalam taxonomy SOLO  dan tipe yang berbeda:
1. Level: Pre – Struktural
Karakteristik: Tidak komopeten, tidak mengetahui apapun diderah tersebut.
Kata kerja: -
2. Level: Uni – Struktural
Karakteristik: satu aspek yang relevan diketahui
Kata kerja: daftar, ingatan nama
3. Level: Multi – Struktural
Karakteristik: beberapa aspek relevan telah diketahui
Kata kerja:  Menjelaskan, Mengklasifikasi, menggabungkan
4. Level: Rational
Karakteristik: Aspek-aspek pengetahuan diintegrasikan ke dalam satu struktur
Kata kerja:  menganalisa, menjelaskan, menggabunkan.
5. Level: abstrak diiperluas
Karakteristik: pengetahuan  berlaku umum ke dalam domain baru
Kata kerja:  memperkirakan, merefleksikan, dan membangun teori.


Taxonomy Fink

Berbeda dengan  taxonomy bloom dan SOLO, Fink menyajikan sebuah taxonomy yang tidak hirarkis. Dalam tambahannya meliputi bagian-bagian lintas domain dan luas kecuali  pada domain Psikomotor. Ini mirip dengan  taxonomy  Anderson  yang menekankan  pada metakognitif ( belajar untuk belajar) dan juga termasuk aspek-aspek  yang lebih efektif seperti  dimensi kemanusiaan dan  cinta kasih: mengidenfikasi/perubahan perasaan seseorang.

1. Dimensi: Pengetahuan Dasar yang meliputi memahami dan mengingat. Kata kerjanya adalah: daftar, nama dan penjelasan
2. Dimensi Penerapan: Berpikir kritis, kreatif dan praktis; memecahkan masalah. Kata kerjanya adalah: menganalisis, menginterpretasikan dan menerapkan.
3. Dimensi Penyatuan: menghubungkan antar ide, gagasan, subyek dan orang. Kata kerjanya adalah: menjelaskan, menyatukan.
4. Dimensi Kemanusiaan: belajar tentang dan perubahan diri seseorang; memahami dan berinteraksi dengan yang lainnya, Kata kerjanya adalah: merefleksi dan menilai.
5. Dimensi Kasih sayang: mengidentifikasi/perubahan perasaan, kepentingan dan nilai-nilai seseorang. Kata kerjanya adalah: refleksi dan interpretasi.
6. Dimensi Belajar untuk belajar: belajar bagaimana menjawab dan bertanya, menjadi pebelajar yang memiliki self-directed. Kata kerjanya adalah: mengkritisi dan menganalisis.



Tidak ada komentar: